Minggu, 22 Januari 2012

KULINER NYENTRIK : NASI GORENG JANCUK

Billboard yang membuat "penasaran"
Apa yang pertama kali terlintas di pikiran kamu ketika mendengar kata JANCUK?! Saru? Vulgar? Kasar? Ya, sayapun demikian. Anehnya, ada satu hotel di Surabaya yang memberi nama masakannya dengan nama “jancuk”. Bisa dibilang inilah masakan dengan nama ternyentrik yang pernah saya cicipi, hahaha... Bagi kamu yang belum mengerti maksud saya, “jancuk” adalah sebuah umpatan kasar yang biasa dilontarkan oleh arek Suroboyo. Yah, seperti kata “f*uck” yang biasa dilontarkan orang barat sana dan orang yang kebarat-baratan, atau “as*” bagi orang Jogja ketika mereka sedang kesal. Namun, seiring berjalannya waktu, orang Surabaya dan sebagian Jawa Timur tidak jarang menggunakan kata “jancuk” sebagai panggilan “akrab” ketika sedang berjumpa dan ngobrol dengan sahabat mereka, hehehe... Seperti ini, “Heh cuk!! Yaopo kabare?!” (Heh cuk!! Bagaimana kabarnya?!).

Itulah sekilas informasi mengenai kata “jancuk”, nah sekarang kembali ke topik “permasalahan”, hehehe... Saya mendengar NASI GORENG JANCUK ini pertengahan tahun lalu. Namun, baru kesampaian makan hari Sabtu kemarin, tanggal 21 Januari 2012. Hal yang membuat saya panasaran, selain kata-kata kasarnya, juga karena kalimat promosi mereka di sebuah mini billboard. “Anda belum sampai di Surabaya jika belum mencoba Nasi Goreng Jancuk...”. Sebuah bentuk marketing yang sangat sukses menarik minat konsumen, apalagi kalangan muda, menurut saya. “Dimana saya bisa menemukan Nasi Goreng Jancuk ini?!” Kamu bisa menemukan masakan nyentrik ini di Kartini Resto, restoran Surabaya Plaza Hotel yang  berlokasi di Plaza Boulevard, Jl. Pemuda 31-37 Surabaya, belakang Mall Surabaya Plaza persis. 

Interior restoran
Begitu sampai dan duduk manis di salah satu meja, seorang waitress menghampiri saya dan beberapa sahabat. Belum menyerahkan buku menu, dia sudah menawari kami begini, “Selamat siang, mau pesan nasi goreng Paket Mbledhoz atau Mbledhoz Plaz?!” Nah lo! Darimana dia tahu kalau kita mau makan nasi goreng?! Cenayang ya?! Hahaha... Bukan, ternyata selidik punya selidik, sebagian besar orang yang berkunjung ke restoran ini ya karena ingin menuntaskan rasa penasaran mereka akan nasi goreng jancuk. Langsunglah kita memesan satu “Paket Mbledhoz”, yang terdiri dari satu porsi Nasi Goreng Jancuk dan satu pitcher es teh. Berapa harganya?! IDR 99.500 (incl. Tax). Mahal amaaattt??! Nggak kok, satu porsi nasi goreng ini diperuntukkan bagi 5 orang.

Mbaknya malu-malu buat dipoto ;p
Gak lama menunggu, menu pesanan kita terhidang di atas meja. Pertama satu pitcher besar berisi es teh manis dan ini, yang ditunggu-tunggu, satu buah wajan ukuran sedang berisi nasi goreng. Woohoooo, porsinya bener-bener banyak mennnn...!! Hahaha... Dengan aroma terasi yang langsung tercium, taburan bawang goreng, irisan telur dadar, acar, timun, tomat, cabe rawit dan satu buah kerupuk udang sudah membuat saya ngiler. Di dalamnya sendiri ada irisan daging ayam, udang dan kepiting. Begitu suapan pertama masuk ke mulut, “Jannnnccc***kkk!!” nasi goreng ini bener-bener pedas!! Wuww, rasa pedas langsung menyebar ke seluruh mulut. Gak salah nih, ngasih nama jancuk, hahaha... Tetapi, meskipun demikian, suapan demi suapan terus masuk ke mulut saya. Enak soalnya, hehehe... Pantes saja, begitu diteliti lebih mendalam (ceilee...), saya menemukan bannyyyaaakk sekali irisan cabe rawit oranye diantara tumpukan nasi. Menurut rumor yang beredar, mereka menggunakan 100 gram cabe di dalam bumbunya. Gile benerrr...!! Setelah mencapai sekitar 20 suapan, gejala “kepedesan” sudah mulai nampak. Hidung, lidah, pangkal tenggorokan dan perut terasa panas, saya juga banjir keringat, padahal restoran ini sudah ber-AC, huft... 

Ini nih, penampakan Nasi Goreng Jancuk
Untuk menetralisir rasa pedas yang ditimbulkan, es teh manis yang ada dalam satu paket cukup untuk meredakannya. Rasanya sendiri pas, tidak begitu manis dan pekat. Selain itu, kami juga sempat memesan satu porsi fruit salad, yang lagi-lagi diperuntukkan bagi 5 orang seharga IDR 57.500 (exc. Tax). Di dalamnya ada nanas, melon, semangka, pepaya, strawberry, anggur dan irisan jeruk di pinggiran piring. Rasanya?! Hmmm... lumayan, walaupun menurut saya dressing-nya sedikit hambar, kurang asam.

Fruit Salad
Saat membayar tagihan, iseng-iseng saya bertanya asal mula ide menciptakan nasi goreng yang bener-bener njancuki (istilah Jawa) ini kepada mbak kasir. Ternyata menurut dia, setahunan lalu sang koki menyiapkan makan siang untuk beberapa manager di hotel tersebut dan memasaknya dalam sekali proses. Jadi porsi besar saat ini yang dihidangkan ke pengunjung ya gara-gara hal tersebut. Lalu kata “jancuk” darimana?! Dari komentar salah seorang manager yang sempat nyelethuk, “Jancuk! Cek pedese!!” (Jancuk! Terlalu pedas!!). Sayapun dibuat tertawa mendengar penjelasan tersebut, hahaha...

So, untuk kalian yang sedang berkunjung ke Surabaya, tidak ada salahnya mencicipi kuliner “heboh” yang menggunakan bahan alami (tanpa saos) ini dan ujilah tingkat kepedasan kamu serta bagaimana daya tahan mulutmu untuk tidak mengucap kata “jancuuukkk...!”, hahaha...


ps : semoga artikel saya ini layak tayang dan tidak disensor 

2 komentar:

  1. Jancuk mungkin itu nasi goreng paling mahal sedunia hahaha. tapi klo porsinya segede bagong dan dibuat bancakan okelah....
    Surabaya banyak kok kuliner2 aneh, masakan biasa cuma namanya yang aneh. ada rawon setan yang harganya kayak setan.
    coba lo makan di Cak Kemis, nama menunya aneh.
    kayak pakan doro=dadar jagung, krisdayanti=sate usus, mbok nom=sinom dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan salah, di Surabaya masih ada nasgor "gila" lainnya, yang harga seporsi mencapai IDR 15o ribu. Gw gak berani nyoba, hahaha... Rawon setan pernah denger, kalo Cak Kemis itu dimana ya?! Memang, di Restoran Surabaya Plaza sendiri nampaknya mulai membuat "nama-nama andeh" untuk masakan mereka... Mungkin dengan tujuan mengikuti kesuksesan Nasi Goreng Jancuk ini. (Gilak! sudah berapa kali gw mengumpat di postingan ini yak?! hahaha...)

      Hapus