Rabu, 29 Februari 2012

AYO KITA NONGKRONG (di JEMBER)

Jember memang hanyalah sebuah kota kecil di ujung timur Pulau Jawa dan tidak banyak yang bisa dieksplor di kabupaten yang juga dikenal sebagai penghasil tembakau ini. Mungkin hanya dibutuhkan waktu 1 sampai 2 hari saja untuk menikmati segala pesona yang ditawarkan. Bagaimana dengan tempat hiburan dan nongkrong?! Hmm, banyak sih. Ada karaoke house, lounge bahkan club. Jangan bayangkan Jember itu sebagai kota yang benar-benar mati dan tidak cocok untuk dijadikan kota tinggal, hahaha... Nah, setelah "cukup" lama tinggal di Jember, saya mempunyai beberapa tempat nongkrong favorit yang bisa dijadikan alternatif ketika kamu berkunjung ke kota terbesar ketiga di Jawa Timur ini. Inilah beberapa rekomendasi saya :

1. Pujasera Citarum


Pujasera ini berlokasi di jalan kecil antara BRI dan Bank Mandiri Alun-alun Jember. Disini terdapat banyak sekali food stalls atau penjual makanan kaki lima. Walaupun hanya berlabel "kaki lima" namun makanan yang mereka jual tidak murahan. Banyak makanan enak disini. Menurut saya sih pujasera ini yang paling essip makanannya. Mulai dari jagung bakar, ayam goreng, kupang sampai seafood. Dari sekian banyak stand, kalau untuk sekedar nongkrong, saya memilih "Es Bogel" yang berada di ujung jalan. Kenapa?! Karena lokasinya memungkinkan saya untuk menikmati suasana lalu lintas alun-alun di malam hari. Biasanya sih saya juga membeli jagung bakar. Selain itu, disini kita bisa mendengar musik dangdut dengan suara keras dari kios VCD di sebelah penjual jagung bakar, rame oy! Tidak jarang kita dikagetkan dengan lagu yang lirik ataupun nadanya mengundang tawa, hahaha...


2. Wedang Cor Perhutani


Sisi menarik dari tempat ini menurut saya adalah "kesunyian" dan "kesederhanaannya". Berlokasi di gang sebelah kantor Perhutani Jember di daerah Sumbersari, kita bisa ngobrol santai dengan kerabat sambil menikmati gorengan dan wedang cor, sebuah minuman khas dari kota Jember. Karena lokasinya ada di dalam gang, maka jauh dari kebisingan kendaraan bermotor yang melintas. Warung ini beroperasi setiap hari, mulai pukul 17.00 sampai dini hari. 


3. Ketan Cethol Jompo


Berlokasi di "bawah" Jembatan Jompo, kita bisa menghabiskan malam dengan menikmati ketan bubuk, sate usus, gorengan, STMJ ataupun minuman hangat lainnya. Ketan ini buka sekitar jam 9 malam sampai dini hari.. Ya, semacam angkringan lah kalau di Jogja. Tempat ini juga asyik dijadikan "arena" ngobrol santai sambil sesekali melihat kendaraan yang sedang melintas di jalan raya.


4. Warung Tera'


"Warung" yang terletak di Jl. Hayam Wuruk ini menyajikan berbagai makanan khas Timur Tengah. Antara lain : kebab, nasi kebuli, roti maryam dan lain-lain. Kita bisa santai duduk lesehan menikmati makanan dan minuman sambil diiringi dengan alunan musik padang pasir. Disini kita juga bisa menikmati sisha sambil bercengkerama dengan kerabat. Warung ini buka mulai pukul 5 sore sampai dini hari. 


5. Restoran Hotel Royal


Kalau yang ini sedikit naik tingkatan teman, hehehe... Di restoran hotel yang baru saja beroperasi di Jalan Karimata ini kita dapat menjumpai berbagai makanan enak dengan harga yang masih rasional. Jangan tertipu dengan kemewahan tempat. Kamu bisa mendapati masakan Indonesia, Chinesse sampai Eropa seperti steak di kisaran IDR 8 ribu sampai IDR 50 ribu lah. Yang paling saya suka dari tempat ini adalah sofanya!! Ya, sofa yang bener-bener empuk dan amat sangat nyaman untuk dijadikan peraduan berleyeh-leyeh, sehingga kita bisa betah ngobrol berlama-lama di tempat ini. Hal itu juga ditunjang dengan suasana yang temaram dan cozy. Selain itu, disini juga terdapat LCD dan mereka mempunyai saluran TV kabel. Jadi kita bisa menonton film dari channel luar bersama teman-teman.


6. The Coffee Shop

Terpaksa upload yang ini guys, gak punya stok yang lain (harap maklum) ;p

Bisa dibilang kafe yang ada di Ruko Gajah Mada Square, Jl. Gajah Mada ini adalah salah satu kafe elit di Jember. Design interiornya sih keren. Pencahayaan yang temaram, tidak terlalu bising dan ada electone. Membuat siapa saja betah berlama-lama. Makanan dan minumannya juga enak kok. Nah, buat kamu yang narsis, cafe ini cocok dijadikan tempat unjuk gigi, hehehe... Meskipun tempatnya oke dan saya suka, namun saya jarang kesini, ya gara-gara harganya itu lho, terlalu menohok bagi orang seperti saya, hahaha... Sebagai gambaran, saya pernah makan spaghetti dan segelas chocolate ice (kalo gak salah), butuh duit sekitar IDR 40K. Bisa bangkrut kalo tiap weekend mengunjungi tempat ini. Tapi tidak ada salahnya sesekali kesini setelah gajian, wkwkwk...

Sebenarnya ada satu lagi tempat nongkrong favorit saya, yaitu ronde di depan Gedung Flexi Alun-alun Jember. Disana hanya dengan uang IDR 3.000, kita bisa menikmati semangkuk ronde dan FREE WIFI dengan kecepatan tinggi, plus bebas mau nongkrong sampai jam berapa, walaupun kita hanya pesan 1 mangkuk, wkwkwk... Ya, karena lokasinya yang berhimpitan tembok dengan Flexi Center (berada di trotoar), maka sinyal WIFI mereka masih bisa kita manfaatkan, walaupun hanya sampai Cafe Flexi tutup sekitar jam setengah sebelas malam. Namun sayang, sebelum tulisan ini saya posting, pemerintah daerah merelokasi para penjaja makanan kaki lima ini. Tidak lagi di depan Gedung Flexi, melainkan di sepanjang Jl. Kartini. Yah, agak bergeser dikit lah dari lokasi semula.

In memories
So, bagi kamu yang sedang berkunjung ke Jember dan bingung mau kemana, tidak ada salahnya mencoba tempat-tempat favorit saya di atas... :D

Minggu, 26 Februari 2012

MERASAKAN KECERIAAN ANAK KECIL


Mungkin keceriaan masa kecil yang saya lewatkan adalah bermain air dan berenang di sungai! Serius... Saya selalu iri ketika melihat anak-anak kecil dengan hebohnya main di bantaran sungai, melompat dari jembatan, renang memakai ban dalam bekas dan sebagainya. Semua itu tidak terlepas dari lokasi rumah saya. Ya, rumah yang saya tinggali sejak kecil sampai sekarang tidak memungkinkan untuk melakukan semua itu. Bisa dibilang rumah orang tua saya ini terletak di kawasan kota dan kalaupun ada sungai dekat rumah, pasti berwarna keruh dan banyak sampah yang ikut mengalir. Suwer, kamu gak bakal tega membiarkan badanmu bersentuhan dengan air sekeruh itu, hahaha...


Setelah berumur 20-an something seperti sekarang, saya baru menyadari betapa benar-benar serunya bermain di sungai, hahaha... Telat yak?! Memang, tapi daripada tidak pernah merasakan sensasinya sama sekali, hehehe... Saya berani nyebur juga setelah ngiler melihat air yang mengalir dan suasana sekitar yang mendukung, seperti bantaran sungai yang hijau tertutup rimbunnya berbagai pohon dan tanaman perdu lainnya. Yah, walaupun gak jernih-jernih banget layaknya air sungai di kalender-kalender, at least saya tidak melihat adanya sampah yang hanyut, kebo yang sedang dimandikan atau orang yang sedang asyik menikmati waktunya dengan berjongkok menguras isi perut. 


You know what?! Ternyata bukan hanya saya saja, beberapa teman yang seumuran, bahkan ada yang jauh lebih tua di atas saya juga tampak menikmati serunya berenang di sungai. Kita seolah-olah kembali ke usia SD, dimana setiap hari yang ada hanyalah canda dan tawa, tanpa memikul beban apapun, hehehe... Ngobrol, bercanda, tertawa lepas serta menikmati hijaunya pemandangan sekitar membuat kita melupakan beban pikiran sejenak.

Berada di alam pedesaan, tidak melihat rumah penduduk di sekitar sungai, bermain air, menghanyutkan diri di aliran sungai yang deras, berjemur di atas batu dan tertawa bersama sahabat merupakan kegiatan yang mengasyikkan untuk melepas kepenatan setelah seminggu berjibaku melawan segala rutinitas. Apalagi jika ditambah dengan membawa bekal nasi ndeso, seperti nasi jagung, lalapan sambel atau lainnya mungkin semakin menambah keseruan wisata gratis ini.


Cobalah mencari sungai yang bersih dan berenang di dalamnya, bener-bener bikin ketagihan coy! Saya jamin, kamu bakal bertingkah seperti anak kecil lagi, lupa umur dan bahkan lupa kalau keesokan hari harus berhadapan dengan tugas atau pekerjaan yang menumpuk... Lain kali, saya pasti melakukan hal ini lagi, yah, itung-itung wisata yang menyenangkan di saat kantong bener-bener tipis, hahaha...

Kamis, 09 Februari 2012

MY NEWEST HOBBY : COLLECTING SAND


Pantai mungkin menjadi salah satu destinasi wisata banyak orang, tidak terkecuali dengan saya. Walaupun tidak menampik ajakan teman untuk pergi ke gunung, hutan, air terjun bahkan taman rekreasi modern sekalipun, namun pantai menjadi destinasi favorit yang paling sering saya kunjungi. Kenapa?! Hemm... Mungkin karena banyaknya pantai di Indonesia ini, hahaha.... Selain itu, di pantai saya bisa menikmati sunrise dan sunset yang seringkali membelalakkan mata dan membuat saya berdecak kagum. Hanya itu?! Nggak... Akhir-akhir ini saya juga punya kegemaran baru, yaitu merasakan, menikmati dan membawa pulang pasir pantai.

Mungkin kamu menganggap hobi baru saya ini adalah hal yang aneh dan kurang kerjaan. Tapi itulah yang saya nikmati. Kamu tahu?! Ternyata setiap pantai mempunyai karakteristik pasir yang berbeda. Ada yang butirannya kasar, lembut, putih, hitam ataupun campuran antara keduanya. Sungguh unik kawan. Itulah yang membuat saya rela tampak seperti weird guy, berjalan pulang menjinjing bungkusan plastik atau botol berisi pasir, bukannya alat snorkle atau sepatu katak, wkwkwk...

Saya mendapatkan pasir-pasir koleksi itu dengan berbagai cara. Yang paling susah menurut saya adalah ketika mengambil pasir di salah satu pantai di Pulau Nusa Barong. Saat itu, perahu yang saya tumpangi tidak bisa merapat ke tepian dikarenakan batu karang yang ada di dasar laut. Pak nelayan hanya bisa melempar sauhnya sekitar 50 meter dari bibir pantai. Saya berenang hanya bermodalkan life vest dan kamu tahu, berenang meski "hanya" 50 meter di lautan lepas itu sangat menguras tenaga. Beberapa kali saya terseret ombak laut selatan, hahaha... Bisa kalian bayangkan?! Hanya membawa badan saja saya kesusahan, apalagi ditambah dengan sebelah tangan mencengkeram botol berisikan pasir, hmpf... Namun yang saya dapatkan benar-benar istimewa, pasir di pantai itu adalah yang terhalus dan terputih dibandingkan dengan pasir dari pantai yang pernah saya kunjungi sebelumnya, seperti Malikan, Lombang, Slopeng, Bale Kambang ataupun Segara Anakan. 

Beberapa koleksi saya
Lain lagi cerita ketika saya berkunjung ke Pantai Plengkung atau yang dikenal dengan G-Land. Nah, si Plengkung ini berada di tengah kawasan Taman Nasional Alas Purwo yang terkenal karena "sesuatunya", hahaha... Sebelum berangkat saya sudah diberi banyak wejangan dari teman dan kerabat, "JANGAN mengambil apapun dari Alas Purwo kalau gak mau mengalami kesialan!". Widih, begidik dulu mendengarnya. Asli, tangan saya gatel ingin mengambil pasir ketika sudah berada di Plengkung. Tipenya bulat-bulat mirip butiran merica. Jarang kan melihat pasir seperti ini?! Namun petuah tadi terngiang-ngiang di telinga saya. Akhirnya saya hanya bisa berjalan gontai sambil sesekali mengambil dan memainkannya di tempat, huhuhu...

Itulah sekelumit cerita gak penting dari saya. Sekarang, beberapa sahabat yang mengerti hobi saya ini mulai membawakan oleh-oleh pasir jika mereka berkunjung ke suatu pantai yang belum pernah saya kunjungi. Kurang berharga mungkin, tapi setidaknya mereka masih ingat saya ketika sedang happy-happy, hahaha... Semoga suatu saat saya bisa menginjakkan kaki di pantai yang mempunyai pasir unik, seperti Pink Beach, yang pasirnya berwarna pink di NTT sana... :)