Minggu, 28 Agustus 2011

GUNUNG PASANG





Pernah denger Gunung Pasang?! Nama yang aneh! Haha… Tapi nama ini bener-bener ada di Jember, menjadi salah satu nama perkebunan di daerah Panti sana. Saya gak tahu pasti kenapa kok gunung ini dinamai dengan nama Gunung Pasang. Selama lebih dari 24 tahun tinggal di Jember, mulai lahir sampai kerja, baru kemarin saya berkesempatan mengunjungi lokasi ini. Itupun gara-gara ada temen mengajak kesana untuk mengurusi kambingnya yang sepertinya bermasalah dengan orang yang merawat sehari-hari. Aihh, sudahlah, urusan dia juga… Hahaha… Okelah saya ngikut, itung-itung cari referensi tempat wisata lain di Jember ini. Masa yang saya kunjungi cuma Papuma dan Rembangan doank, nanti kalo ada temen dari luar kota yang berkunjung biar bisa lebih mempromosikan wisata kotaku yang damai ini… 

Belum apa-apa sudah bocor -__-!




Anyway, kita bisa menempuh lokasi Gunung Pasang ini sekitar 30 menit dari pusat kota ke arah Panti, Sukorambi sana. Nah, jangan tanya mengenai ancer-ancer ataupun arah menuju kesana ya, mengingat saya punya masalah dengan menghapal arah dan lokasi suatu tempat, apalagi baru sekali kesana! Hehehe… Perjalanan kali pertama saya ke gunung ini penuh perjuangan. Gimana tidak, pas tengah asyik-asyiknya berkendara, kepala menoleh kanan kiri melihat pemandangan, tiba-tiba motor saya njliut-njliut. Damn!! Ban belakang bocor di lokasi yang kurang strategis! Di pedesaan, jauh dari keramaian dan jalan yang menanjak! OMG. Tapi God is good, ada seorang bapak yang melintas dan berhenti, saya nanya dimana ada tukang tembel ban terdekat. “Oh, disitu mas, di bawah tadi, deket tikungan, sekitar 200 m dari sini…”. Huft, jawaban yang melegakan. Untung saya gak harus dorong motor jauh-jauh… 
 



Perkebunan Gunung Pasang ini banyak ditanami pohon coklat, kopi dan karet. Begitu memasuki gerbang, udara sejuk pegunungan sangat terasa. Ya, seperti udara di Rembangan (iyalah, namanya juga sama-sama daerah dataran tinggi -__-a). Sawah berbentuk terasering, pohon coklat dan kopi yang berjejer membuat minus di mata berkurang dan menyejukkan hati. Di dalam kawasan ini juga terdapat perumahan PTP untuk tempat tinggal karyawan dan buruh yang bekerja di pabrik pengolahan. Yang saya suka, tipe rumah disini sejenis dengan rumah-rumah yang ada di kawasan Ijen, sederhana dan terbuat dari kayu. Damai rasanya tinggal di desa ini.


Satu lagi yang membuat saya betah berlama-lama di kawasan ini. Sungainya!! Yup, di desa ini mengalir sungai yang airnya jernih dengan batu-batuan besar yang menimbulkan efek air mengalir yang oke banget! Gak tahan liat jernih dan bagusnya pemandangan sekitar, membuat saya langsung main air disini, sekedar duduk di atas batu, merendam kaki dan foto-foto tentunya! Hahah… Sayang, foto-foto yang saya upload disini hanya menggunakan kamera hape Nokimin saya dan Blackburry temen, karena gak menyangka tempat yang bakal saya kunjungi ini begitu menyegarkan mata. Apes gak bawa kamdig… :(





Nah, bagi Anda yang ingin lepas dari hiruk-pikuk kota dan keruwetan hidup sehari-hari, cobalah berkunjung ke Gunung Pasang ini. Kawasannya masih asri dan segerrrrr…

The Last One, pemandangan pas pulang

Minggu, 21 Agustus 2011

SATE AYAM SAIFUL



Kali ini saya ingin mereview salah satu sate ayam yang haujek di Jember, at least menurut saya, hehehe… Coba deh Anda berkendara ke arah RS PTP Kaliwates. Nah, sekitar 20 m sebelum jalan masuk RS ada kedai sate memanjang yang berwarna hijau, bertuliskan “SAIFUL sedia SATE AYAM”. Ya, sate ayam Saiful. Sebenarnya sudah lama saya mengenal sate ini, tapi baru kali ini berkesempatan menulisnya di blog pribadi saya, hehehe…



Memang banyak warung sate, khususnya sate ayam, yang bertebaran di Jember. Mulai dari ukuran warung sangat sederhana sampai di restoran. Mulai dari daerah pinggiran sampai ke tengah kota. Mungkin inilah salah satu jenis makanan yang paling mudah dijumpai selain bakso. Memang sih rasa sate ayam gak jauh beda antara penjual yang satu dan yang lainnya, toh sama-sama dibakar dan bumbunya juga sama-sama dari kacang. Tapi pasti ada satu faktor “X” yang membuat Anda cocok dengan satu sate ayam, yang membuat Anda datang lagi, lagi dan lagi. Langganan lah istilahnya. Seperti saya yang cocok dengan sate ayam Saiful ini.

Sate Saiful sendiri buka mulai sore hingga malam hari. Warung ini gak terlalu rame seperti warung sate Cak ** memang, tapi jangan salah, sate ayam disini gak kalah enak dengan sate Cak ** yang sudah tersohor kemana-mana. Coba deh Anda buktikan sendiri. Bertempat di sebuah warung, disana tersedia meja dan kursi kayu panjang untuk pengunjung. Begitu datang dan memesan, pesanan saya langsung dibakar dan dengan waktu yang lumayan singkat, seporsi sate ayam, nasi dan minum sudah disajikan.
 
Pasti Anda bertanya, “Apa sih keunggulan sate ini dibanding dengan yang lain?”. Oke, saya jawab berdasarkan mengapa saya suka sate ini. Pertama, tentunya daging ayamnya, ukurannya besar, setara dengan sate ayam Cak **, tapi dengan harga yang lebih murah (sedikit) hehehe… Cuma IDR 10K per porsi. Kedua, dagingnya masih lembut ketika dinikmati, tidak terlalu gosong waktu dibakar. Ketiga, bumbu kacangnya halus dan banyak. Ya, saya suka menyantap bumbu sate! Diulet di nasi ataupun dimakan begitu saja. Hehehe… Nah, itu dia alasan saya begitu menyukai sate ayam ini.



Anda belum pernah mencoba?! Coba deh sekali-kali mengunjungi warung sate ayam ini, benar-benar layak untuk dicoba… ^^d

Referensi sate ayam lainnya : 
1.    Sate ayam Cak Ri, di daerah Masjid Al-huda

2. Sate ayam Bangsalsari, di depan SDN Jember Kidul 04, Jl.  Melati, Gebang

Sabtu, 20 Agustus 2011

GURIHNYA BURUNG DARA PECORO



Anda penggemar burung dara?! Pernah makan di warung burung dara di daerah Pecoro, Rambipuji, Jember yang terkenal itu?! Sekarang tidak perlu jauh-jauh lagi untuk menikmati gurihnya burung dara olahan warung di  Pecoro tersebut, karena “WARUNG MERPATI” Pecoro membuka cabang di daerah Ajung, tepatnya di Jl. HM. Thamrin 97 Gladak Pakem, Jember (tapi gak beda jauh sih sebenarnya, jarak antara Jember kota-Ajung vs Jember kota-Rambipuji, hehehe…). Untuk mudahnya nih ya, kalau dari arah kota, Anda lurus saja ke arah perempatan lampu merah Pasar Mangli, kemudian ambil jalur kiri ke arah Ambulu. Nah dari sini lurus saja, setelah bertemu lampu merah pertama, Anda ambil arah ke kiri. Sekitar 1 Km dari lampu merah tersebut, di sebelah kanan ada pondok makan yang terbuat dari bambu. Agak menjorok ke dalam memang, tapi tenang saja, di seberang jalan sudah ada baliho lumayan besar sebagai penunjuk lokasi makan tersebut.

Tempatnya nyaman...

Suasana belakang lesehan
Semuanya bambu...

Berbeda dengan pusatnya yang ada di Pecoro sana, tempat yang berada di Ajung ini lebih asyik dibuat nongkrong bersama teman atau keluarga. Menggunakan konsep bambu dan berada di pinggir kebun rambutan (sepertinya ;p) akan membuat betah siapapun yang berkunjung ke warung ini, ditambah lagi dengan adanya lesehan akan membuat suasana makan Anda semakin mantap. Juga tersedia meja dan kursi kok bagi Anda yang cepat merasa kesemutan, kram dan sejenisnya jika harus duduk bersila. Hehehe… Selain itu, warung ini bersih, saya melihat meja dan saung lesehan bebas dari kotoran.

Penampakan lesehannya
Kalau yang ini non-lesehan ;p
Warung ini tidak hanya menjual burung dara saja, tapi juga ada pilihan makanan lain seperti ayam goreng, pecek lele, bahkan pempek Palembang sekalipun. Tapi namanya juga “WARUNG MERPATI” ya jelas saya memesan menu spesial disini, burung dara / merpati goreng lengkap dengan sambal terasi dan lalapan. Dengan harga hemmm, sekitar IDR 20K (exc. nasi, lalapan dan sambel) Anda sudah bisa menikmati gurihnya burung dara goreng ini. Saya mengeluarkan duit kurang lebih IDR 27K untuk menikmati secara komplet dengan nasi, lalapan, sambel terasi dan segelas es jeruk. Mahal?! Itu tergantung bagaimana tiap orang menilai,  tapi sesuai kok dengan rasa yang bakal Anda nikmati, jadi gak terlalu menyesal lah mengeluarkan duit segitu banyak cuma buat makan burung dara, hehehe…


Sekilas ulasan saya, burung dara disini digoreng dengan pas, maksudnya, bagian kulit kering tapi bagian dagingnya tetap empuk, gak ikut-ikutan garing. Bumbunya sendiri sedap gurih, menyerap hingga ke dalam. Sambalnya top markotop (seperti Pak Bondan bilang), pedas, gak kebanyakan tomat dan terasinya begitu terasa. Hemmm, maknyus lah… Selain itu, saya juga mencicipi pecek lele, hidangan ini juga sama enaknya, menurut saya. Lele nya digoreng kering dengan dibaluri bumbu yang begitu terasa di lidah, bagian ekornya malah saya makan, crunchy soalnya! Hehehe….

Ini dia jagoan utama warung makan ini, BURUNG DARA GORENG
Siap disantap... ^^d

So, buat Anda pecinta kuliner, warung merpati ini dapat Anda jadikan alternatif tempat makan ketika akan berkunjung bersama keluarga atau rame-rame bareng teman-teman untuk menjalin keakraban, ciee... bahasa gw! haha...


Sabtu, 06 Agustus 2011

GALAKNYA BEBEK GORENG 88

INI DIA KEDAI YANG BEBEKNYA GALAK BANGET
Jangan mengaku sebagai pecinta masakan pedas jika belum mencicipi masakan satu ini, yang saya coba Sabtu malam minggu tanggal 06 Agustus 2011 kemarin. Malam itu, saya memang berencana untuk wisata kuliner, menjelajahi Jember di malam hari untuk mencoba mampir ke warung makan yang belum pernah saya singgahi sebelumnya. Motor saya pun melaju menyusuri jalan, Gajah Mada, Sultan Agung, PB Sudirman, Jembatan Semanggi, Jawa dan Karimata. Motorpun hanya melaju sekitar 40 km/jam. Tolah-toleh kanan kiri dan akhirnya mata saya tertambat pada sebuah warung makan yang menyediakan menu bebek, BEBEK GORENG 88 namanya, terletak sekitar 50 meter dari Radio Prosalina. Saya memang belum pernah ke tempat ini sebelumnya, padahal kata mbak yang punya, kedai ini sudah berdiri sejak 2 tahun yang lalu. Bisa dibilang kedai, karena tidak sekecil warung dan juga tidak sebesar restoran. 


INTERIORNYA SEDERHANA
BERBAGAI MENU YANG TERSEDIA
Kedai ini menawarkan bebek goreng sebagai menu andalan, tetapi saat itu di tembok tertempel tulisan “NASI BEBEK GALAK Rp 12.000,-”. Penasaran donk! Kok bisa ada menu bebek galak. Langsung saja saya pesan masakan itu. Sekitar 15 menitan menunggu, diantarlah pesanan saya. Penampakan pertama sih biasa saja, memang banyak sambel di atas bebek goreng dan nasi, tapi pikir saya “Alah, paling cuma sambel biasa yang gak pedes”, mengingat saya memang suka sekali pada masakan pedas. Karena sudah gak kuat menahan air liur, langsung saya comot sedikit daging bebeknya. Widddiiihhhh, pedesnya langsung menohok!! Sempat cegukan di awal karena tenggorokan saya kaget! Hahaha… Lahaplah cara makan saya waktu itu, karena semakin lama saya makan, sambel ini semakin membakar mulut saya! 

PENAMPAKAN 1 : BIASA
PENAMPAKAN 2 : LUAARRR BIAASSAAA
Susah payah saya menghabiskan makanan ini. Keringat bercucuran, air mata keluar dan ingus juga ikut-ikutan menampakkan dirinya, SROTT!! hahaha… Mau menyerah rasanya, tapi mengingat di luaran sana masih banyak orang-orang yang belum beruntung merasakan bagaimana rasanya daging bebek dan ingat duit IDR 12K yang bakal saya keluarkan, maka saya buang jauh-jauh rasa itu ;p. Setelah makan, bibir saya serasa bertambah tebal sekitar 2cm, lidah mati rasa untuk sesaat, mulut dan perut terasa panassss…! Kebayang gak gimana tingkat kepedasannya, padahal saya juga sering makan makanan pedas. Huft, benar-benar perjuangan. Saya juga melihat pengunjung lain yang memesan menu serupa juga mengalami efek samping seperti yang saya alami , bahkan saya mendengar beberapa umpatan khas Jawa Timur-an yang meluncur dari mulut mereka! Pengen menertawakan, tapi saya juga dalam kondisi yang serupa! Hahaha….

BIASANYA SAYA TIDAK MENGHABISKAN TISSUE SEBANYAK INI, SUMPAH!
Overall, bebek gorengnya enak, dagingnya empuk, tidak alot seperti olahan bebek kebanyakan. Porsi nasinya juga pas untuk ukuran makan saya. Tapi ukuran bebek yang disajikan kurang besar dan yang paling bikin mabok, sambelnya itu lho… GILE BENEEERRRRR!!! Seolah-olah saya cuma makan nasi dengan lauk sambal doang, rasa bebeknya tenggelam oleh pedasnya sambal. Selain itu, banyaknya sambal juga mengakibatkan saya tidak bisa menikmati makan malam saya waktu itu karena heboh dengan menahan rasa panas di mulut dan sibuk mengelap kucuran keringat. Memang segala sesuatu yang berlebihan itu gak baik, hehehe… But, untuk yang pengen “uji nyali” karena penasaran dengan seberapa pedas sih masakan ini, bolehlah Anda berkunjung ke kedai BEBEK 88 ini. Ujilah seberapa besar tingkat keberanian Anda menyantap masakan super duper pedas…!

Update terbaru, sekarang warung makan ini pindah lokasi di Jl. Jawa 13A, persis di depan SMAN 2 Jember. Dengan ruang yang “agak” lapang, pengelola mampu menampung para penggila kuliner lebih banyak. Di tempat yang baru ini juga disediakan lesehan untuk Anda yang gemar makan santai.

WARNING : UNTUK ANDA YANG MAKAN 2 CABE SAJA SAKIT PERUT, JANGAN SEKALI-KALI MENCOBA MEMESAN MASAKAN INI!!! #SERIOUSLY DANGEROUS


Tulisan ini juga bisa dibaca di : www.jemberbanget.com

Selasa, 02 Agustus 2011

KEKEL SMP 2


Memang ya, kalau mencari makanan enak dan pas di mulut itu gak peduli lokasi. Makanan di restoran ataupun hotel berbintang tidak menjamin akan haujek nya suatu masakan. Seperti tempat makan satu ini yang sering saya kunjungi. Berlokasi hanya di sebuah gang kecil di sebelah SMPN 2 Jember, warung dengan spesialis sop kekel (kikil) sapi ini tidak pernah sepi pengunjung. Padahal hanya dengan tempat seadanya, meja yang terbatas dan kekurangan-kekurangan yang lainnya, tidak membuat saya berhenti untuk mengunjungi warung ini. Janganlah melihat bagus tidaknya tempat, tapi rasakan bagaimana lezatnya masakan yang disajikan. Hahay!


Pada awalnya saya memang tidak menyukai bahkan tidak ingin mencicipi bagaimana rasa kikil sapi. Saya memang anti dengan segala bahan makanan yang lembek dan kenyal, seperti kulit, tulang muda, ceker dan lain-lain, termasuk kikil sapi. Tapi pada saat itu, di tahun 2010-an, setiap kali saya berhenti ketika lampu merah menyala di perempatan SMPN 2 Jember, saya menoleh ke sisi kanan dan munculah rasa penasaran, “warung kekel ini kok mesti rame ya??!”. Maka, keesokan harinya saya mencoba mendatangi warung tersebut. Awalnya hanya coba-coba saja, toh biarpun nanti gak suka, ada mama yang pasti akan menghabiskan, hahaha… 

Begitu mencoba, widiiihhh saya langsung jatuh hati pada masakan ini! Dari awalnya yang tidak suka kikil sama sekali, langsung berubah haluan 180 derajat! Haha… Ternyata rasa kikil disini tidak begitu mengerikan seperti apa yang saya bayangkan. Kuahnya bening, kaya akan rempah-rempah dan yang paling menonjol, ladanya itu lho yang membikin hangat di tenggorokan. Sangat pas disantap kala cuaca dingin ataupun sedang terserang flu. Segerrrrr banget!! Tidak seperti sop kikil Betawi yang kuahnya bersantan, sehingga menimbulkan rasa eneg. Dan mungkin hanya makan kikil di warung ini saya bisa menghabiskan dua piring nasi dengan porsi penuh! Sungguh nikmat dan bikin nagih…!
Ini Pelaku Yang Bikin Orang Addicted









Saran saya, untuk yang baru pertama kali datang ke warung ini, janganlah heran dengan perlakuan “aneh” si penjual, terutama si mbak. Ya, warung ini dikelola oleh satu keluarga, si bapak sebagai pencatat pesanan, si ibu yang memasak dan si anak yang bertugas menyiapkan pesanan, serta dibantu oleh beberapa kerabat lainnya. “Aneh” yang saya maksud disini adalah masing-masing dari ketiga orang tersebut punya karakteristik berbeda-beda. Si bapak yang ngebanyol abis, si ibu yang rada jutek dan si anak yang super duper judes dan jutek! Gimana tuh penekanan katanya?! Mantab bukan?! Hahaha… Jika Anda memesan kepada si ibu, apalagi si mbak, maka seolah-olah Anda memesan kepada patung atau sedang berbicara dengan tembok! Yah, separah itulah yang saya rasakan! Si mbak tetep melakukan pekerjaannya tanpa respon apapun, bikin dongkol di hati memang, mungkin suruhan dukun kali ya, biar tetep laris, hehehe… Kalaupun saya sering kembali ke tempat ini tidak lain karena rasa masakannya yang luarrrr biasa, “MAKNYUS” kata Pak Bondan. Kalau rasa cuma pas-pasan, saya jamin 110%, saya akan hapus warung kikil ini dari list saya… :D