Selasa, 20 Maret 2012

Being A Travel Writer?! Why Not...


Nge-blog itu menarik dan bikin addict kawan!! Suwer... Selama lebih kurang dua tahun punya blog pribadi, semakin kesini saya semakin terjerumus ke dalam dunia blogging, hahaha... Saya merasa beruntung karena pada awalnya sudah menentukan tentang tulisan bertema apa yang akan saya posting di blog. Bukan curhatan manja ala anak-anak alay (yang jadi tren di sekitaran saya waktu itu), melainkan lebih memilih tulisan mengenai jalan-jalan. Umum memang, tapi itulah kegemaran saya. Selain itu, dengan adanya tema di awal, lebih memudahkan saya membuat tulisan, yah walaupun kadang-kadang masih ada satu, dua, tiga dan... entah berapa tulisan mengenai omong gondrong yang kurang bermutu, hehehe...

Berhubung saya adalah seorang pegawai kantoran yang bekerja setiap Senin sampai Jumat, jam 8 pagi sampai jam 5 sore, tentunya “kurang” memiliki waktu untuk jalan-jalan. Kalaupun bisa, mungkin hanya lokasi wisata di sekitaran Jember doank, jiaaahhh... Blog jalan-jalan kok tujuannya cuma itu-itu aja! Nah, berawal dari “kegalauan” itulah saya menambahkan tema kuliner di “rumah” maya ini, toh menurut saya berkunjung ke suatu tempat kurang afdol rasanya jika tidak mencicipi kuliner yang menjadi ciri khas daerah setempat, betul?! #alaKiwil. Selain itu, membicarakan makanan juga gak bakal ada habisnya, banyak kuliner lezat diluaran sana jaaauuuuh melebihi jumlah tujuan wisata. Suatu ide briliant yang saya temukan untuk tetap “mengeksiskan” jumlah postingan di blog ini, hehehe...

Untuk memperbaiki kualitas sebuah tulisan, saya rela-relanya membeli buku tentang “travel writer” a.k.a penulis perjalanan. Buku yang saya beli berjudul “TE-WE”, means Travel Writer. Yup, sesuai dengan judulnya, buku sip karangan Gol A Gong (seorang penulis perjalanan kawakan) ini berisi tentang bagaimana menjadi seorang travel writer handal, yang pada akhirnya mampu menjual tulisan perjalanannya. Di dalamnya dimuat mengenai apa itu travel writer, bagaimana memulainya, berbagai jenis tulisan perjalanan, apa yang boleh ditulis dan yang dilarang sampai bagaimana memasarkan hasil tulisan kita ke majalah atau sejenisnya. Dengan gaya menulis yang sederhana, membuat saya mampu menghabiskan seluruh halaman (103) hanya dalam waktu semalam. Uwooo, bisa dimasukkan ke dalam track record pribadi neh, mengingat saya bukanlah tipe orang yang gemar menghabiskan waktu duduk manis sambil mebolak-balik halaman sebuah buku. Suatu hobi (atau profesi?) yang unik menurut saya. Jalan-jalan sambil menulis dan mampu menghasilkan pundi-pundi Rupiah setelahnya. Wew, bener-bener bikin ngiler yak?! Hehehe...


Gak hanya itu, baru-baru ini saya juga mengikuti sebuah workshop yang digelar oleh Hifatlobrain(dot)net. Lagi-lagi berhubungan dengan travel writer! Dengan pembicara Yudasmoro, seorang freelance travel writer yang menjadi kontributor majalah Jalan-jalan dan Garuda Inflight Magazine. Acara ini suwerrruu...!! Gak rugi saya meluangkan waktu seharian penuh untuk mendapatkan “sesuatuk” dari dia. Gak hanya materi seputaran travel writer saja yang saya dapat, namun juga diajak untuk terjun langsung ke lapangan demi mendapatkan suatu tulisan. Yak, hampir menjelang tengah hari, peserta dibagi per kelompok dan diumbar ke beberapa titik menarik kota Surabaya. Terserah mau naik apa meunju lokasi, motor, mobil, angkot ataukah berjalan kaki. Semua dilakukan untuk mencari bahan tulisan dan foto, serta membuat ulasan setelahnya. Suatu cara menarik yang juga dapat memperkenalkan wisata kota Surabaya menurut saya. Panas terik, keringat bercucuran, kemudian disusul dengan hujan badai yang menumbangkan banyak pohon renta di kota pahlawan saya rasakan. Semuanya hanya untuk mendapatkan tulisan perjalanan yang menarik.  Selesai?! Belum. Setelah menulisnya, hasil tulisan dan foto kita akan direview oleh mas Yudas. Wew, cuma bermodal IDR 15K saya bisa mendapatkan materi dan pengalaman yang oke, serta beberapa kenalan yang sudah malang melintang di dunia travel writing ini.



Saya juga bingung, kok bisa begitu antusias di dunia menulis perjalanan ini. Mungkin kadarnya semakin tinggi setelah saya memenangkan hadiah fresh money dari Adira Faces of Indonesia. Ada rasa bangga ketika tulisan kita menjadi “berharga”. Beneran lhoh... Terus apa target saya ke depannya? Yah, gak muluk-muluk menjadi seorang travel writer sih, tapi paling tidak tulisan yang saya posting di blog ini tidak memalukan dan semakin baik dari hari ke hari. Sukur-sukur suatu saat ada tulisan saya yang berhasil menembus ketatnya screening dari seorang editor majalah... 

Berawal dari blogging, dilirik editor majalah, jadi kontributor kemudian mampu menghasilkan tambahan pemasukan, who knows?! Betul...betul...betul...?! #alaUpinIpin.

Nah, bagi kalian yang mempunyai passion yang sama, tunggu apa lagi. Segera bikin blog, kemudian mulailah menuliskan kisah perjalananmu...