Rabu, 07 September 2011

Jogja "Never Ending Asia"



Jogja?! Mungkin untuk sebagian orang sudah biasa dan tidak ada lagi hal yang menarik. Tapi, untuk saya, Jogja merupakan salah satu kota yang paling ingin saya kunjungi. Kenapa?! Karena terakhir kali saya kesana, sewaktu kelas 6 SD di tahun 1999 dalam rangka tour perpisahan, hampir 12 tahun yang lalu! Hahay...! Selain itu, ada daya tarik tersendiri ketika melihat Jogja dari dunia maya. Budayanya yang begitu kuat, berhasil membuat saya ngiler untuk segera mengunjunginya. Mumpung ada libur panjang, saya langsung punya planning ke kota dengan julukan "Never Ending Asia" ini. Pada awalnya sempat memutuskan untuk solo backpacking, karena travelmates saya yang ternyata masih berjiwa labil, sebentar bilang iya, sebentar bilang gak jadi ikut, membuat saya bingung sendiri. Saya ini pengen menikmati liburan tapi kok malah dibuat pusing (maap curcol dikit, wkwk...). Tapi pada akhirnya, gak tau karena kasihan atau sudah gak punya tujuan liburan dan jadi bangke berdiam diri di rumah, salah satu temen saya, Aaron, memutuskan joint. Yippie, akhirnya punya travelmate, setidaknya perjalanan saya disana gak garing. Kan gak lucu, jalan-jalan sendiri, jeprat-jepret poto sendiri, alay banget nih anak! Hahaha...

Setelah Aaron deal dan tanda tangan di atas materai kalau memutuskan untuk joint (lebay "dikit"), saya langsung mencari host di Jogja. Kan sekalian mencari pengalaman untuk menjadi surfer melalui CouchSurfing "the real social network" nih ceritanya, hehe... Yang ada di benak saya, langsung muncul satu nama, HOHO, sebutlah begitu, karena tidak mau terlalu diekspos katanya, prettt...! Hahaha... Si Hoho ini merupakan salah satu CS'er Jogja dan pernah menghubungi saya beberapa bulan lalu untuk berkunjung ke Nusa Barong di Jember sini, tapi sayang, sekarang akunnya sudah ditutup. Gayungpun bersambut, setelah saya kontak, dia bersedia menampung saya dan Aaron di kostannya, daerah Kaliurang sana. Ternyata tidak hanya itu previllages yang saya terima, dia juga membuatkan ittenerary selama saya di Jogja, mencarikan sewa motor yang termurah dan tanpa uang jaminan (belakangan saya tahu kalau di Jogja, untuk penyewa lokal, uang jaminan bisa sampe IDR 1 juta!! Gile bener! Budget saya aja gak sampe segitu, hehehe...), menjemput di stasiun, mengantar ke tempat-tempat seru, menceritakan tentang adat-istiadat Jogja dan kemudahan-kemudahan yang lain. Sayang banget, saya gak bisa mengisi referensi positif di akun CSnya. Okelah, cukup disini ya saya menyanjung host CS "bayangan" ini, biar gak tambah gemuk kepalanya, haha...

Kamis pagi, tanggal 01 September 2011
Hari ini adalah hari yang saya nanti-nantikan, membuat saya tidak bisa tidur nyenyak malam sebelumnya, travelling syndrome-lah saya menyebutnya. Pagi ini, saya memulai perjalanan ke Jogja menggunakan jasa Logawa. Untung, saya beli tiket H-2 seharga IDR 30.500, jika beli sebelum berangkat, akan mengalami hal yang serupa seperti yang teman saya alami, SOLD OUT! Berangkat dari rumah jam 04.45, belum cukup membuat saya duduk santai dan melanjutkan tidur yang terpotong. Ternyata, di luar dugaan, penumpang Logawa bejibun! Buseettt!! Saya dan Aaron pun terpaksa bergantian untuk duduk sampai menemukan celah kosong ketika kereta berhenti di stasiun Madiun. Baru kali pertama ini saya menggunakan jasa kereta ekonomi untuk perjalanan jauh. Berbagai pengalaman unik pun dapat dengan mudah saya temui di sepanjang perjalanan, mulai dari ngobrol ngalor-ngidul dengan penumpang lain, berbagi makanan, akrab dengan anak penumpang sebelah berumur sekitar 2 tahun yang pengennya ikut saya mulu, bergantian berdiri, berdesak-desakkan di lorong kereta ketika penjual asongan melintas sampai mencium bau telur, gak tau ada orang yang sedang makan telur rebus ataukah ada yang kentut!! Ja**ok!! 
Jam 17.00 kami tiba di Stasiun Lempuyangan dan sudah ada wajah ramah Hoho yang menjemput di pintu masuk stasiun, lega... 

Senja di Lempuyangan

Langsung saja kita bermotor ke kosan Hoho. Tentunya saya tidak ingin menyia-nyiakan waktu hanya untuk numpang tidur di kota orang, oleh karena itu, setelah leyeh-leyeh sejenak dan mandi di kosan, kita langsung keluar mencari makan malam. Kebetulan perut saya dari pagi belum terisi nasi, hanya segelas Pop Mie yang saya beli seharga IDR 6K di dalam kereta dan cemilan-cemilan yang dibawa dari Jember. Tujuan awal trip kali ini adalah mencoba suasana angkringan. Angkringan yang kita datangi adalah angkringan KR yang berada di depan gedung Harian Kedaulatan Rakyat. Dengan makanan seperti sego kucing, aneka sate, gorengan berharga murah (saya habis sekitar IDR 5K untuk menikmati 1 bungkus sego kucing, 2 sate usus, tahu bacem dan segelas teh hangat) dan berada di trotoar membuat nongkrong di tempat ini terasa nyaman, gak salah kalau di Jogja mudah dijumpai angkringan sebagai tempat ngumpul santai bersama kerabat.

Ankringan KR

Setelah perut “agak” terisi, perjalanan kita lanjutkan untuk mampir ke Café Semesta dengan berbagai olahan kopi dan cemilan khas café lainnya. Kemudian nongkrong di titik 0, dimana titik ini merupakan titik tengah garis imajiner Jogja. Dengan kata lain, di Jogja itu dipercaya bahwa antara Gunung Merapi dan Laut Selatan (Parangkusumo) terletak sejajar pada suatu garis, dan titik nol ini tepat berada di tengah-tengah keduanya . Gak banyak yang bisa temui disini, selain anak-anak muda yang nongkrong dan melakukan atraksinya (main sepeda, musik, dll), istana peristirahatan presiden dan ada kotak kaca yang berisi kain batik berbagai motif beserta penjelasannya. Sempat poto-poto disini dengan background bangunan BNI 46 yang kuno dan tulisan aksara jawa.

Salah satu sudut Titik Nol

Perjalanan hari pertama ini ditutup dengan mengunjungi Alun-alun Kidul. Gak afdol rasanya kalo ke Jogja tanpa mampir ke Alun-alun Kidul ini dan mencoba melewati dua pohon beringin besar dengan mata tertutup. Yup, host saya menawarkan pengalaman itu. Kenapa gak dicoba aja, mumpung lagi ada di Jogja. Akhirnya dengan mata tertutup saya berusaha berjalan ke arah dua pohon besar itu. Dan you know what?! Setelah membuka penutup mata, saya heran kok posisi saya hampir sama seperti pertama kali saya berdiri. Ternyata kata teman-teman, saya hanya berjalan memutar, tanpa ada tanda-tanda mendekati pohon! KONYOL! What a funny experience I think, hahaha... Disini juga dapat ditemui semacam becak dan sepeda tandem yang berhiaskan lampu warna-warni, pengen nyoba, tapi setelah diberi penjelasan kalau sewa itu untuk 3x putaran alun-alun, ya batal deh, capek...

Jumat, 02 September 2011
Hari kedua, rencana hari ini adalah menyusuri tempat wisata sekitaran kraton, seperti cemeti dan Taman Sari, Candi Borobudur, nonton ketoprak banyolan dan tetep, mencoba kuliner khas Jogjakarta. Tujuan pertama adalah Cemeti. Saya sendiri kurang paham untuk apa bangunan ini dibuat. Yang saya lihat disini adalah bengunan dengan lorong-lorong dan terowongan bawah tanah, mungkin semacam benteng pertahanan atau gudang di zamannya. Saya juga mendengar mitos mengenai salah satu sudut lorong yang dibuntu oleh batu bata, tetap berkaitan dengan penguasa laut selatan.

Cemeti 1

Cemeti 2

Tujuan kedua adalah Taman Sari atau yang dikenal dengan sebutan “Water Castle”. Ini merupakan tempat peristirahatan Sultan dan keluarganya, terdapat kolam pemandian dan beberapa ruangan-ruangan khusus. Saya menyukai desain bangunannya, terbuat dari batu berwarna putih dengan berbagai ukiran di temboknya, membuat bangunan ini terlihat anggun. 

Gerbang masuk Taman Sari

Bagian dalam Taman Sari

Selanjutnya kita ke Borobudur!!! Yey! Salah satu tujuan utama saya mengunjungi Jogja. Kangen cuy, setelah lebih dari sepuluh tahun tidak menjejakkan kaki disana… Hahaha… Karena host saya sudah 6 kali mengunjungi Borobudur dalam satu bulan terakhir ini, jadinya dia gak bisa menemani dan akhirnya kami nebeng ceweknya yang juga akan mengantar temennya ke Borobudur. Perjalanan sekitar 1 jam an dari pusat Jogja ditempuh dengan memacu adrenalin. Gimana nggak, temen perjalanan saya yang menjadi penunjuk arah ini bisa dibilang lady biker! Kita melaju sekitar 80-90 km/jam di jalanan lumayan longgar!! Gile beneerrrr…!! Seakan punya nyawa lebih dari satu, dia enak banget njliut-njliut di sela-sela mobil, bahkan dalam keadaan mobil berhenti di lampu merah! Seruuu!! Hahaha…. Seperti dugaan awal, Borobudur penuh sesak pengunjung. Maklum, liburan hari raya. Seneng banget pas bisa menyentuh relief-relief candi Budha itu. Seakan-akan memori masa-masa rekreasi SD di tahun 1999 dulu melintas di depan mata saya.

Gerbang Borobudur

Borobudur

Malam harinya, sebagai penutup perjalanan, kembali saya diajak untuk menikmati kebudayaan Jogja. Kali ini ke Taman Budaya. Ngapain?! Untuk melihat ketoprak banyolan, “Kethoprak Ringkes Tcap Tjonthong”, katanya sih ini grup ketoprak legendaris, dengan Marwoto sebagai salah satu anggotanya. Nonton ketoprak ini seperti nonton ketoprak humor yang pernah eksis di salah satu stasiun TV beberapa tahun silam. Tidak henti-hentinya saya ketawa ngakak karena banyolan pemain atau suara ketawa penonton yang lain. Wkwkwk...

Marwoto in action

Sabtu, 03 September 2011
Ittenerary hari ini adalah mengunjungi Merapi, Malioboro, museum Ullen Sentalu, Candi Sewu, Candi Prambanan dan Ratu Boko. Pagi-pagi sekali jam 06.00, saya harus melawan kantuk setelah malam sebelumnya kita ngobrol sampai jam setengah tiga dini hari! Katanya sih, kita akan mengunjungi lokasi rumah Mbah Marijan dan melihat puncak Merapi. Tapi sayang, pagi itu sesampainya di lokasi, kabut sudah turun dan puncak Merapi pun tak tampak. Gapapa lah, toh saya masih bisa mengetahui dimana lokasi kali terakhir Mbah Marijan sebelum wafat dan melihat secara langsung bagaimana dahsyatnya amukan wedhus gembel. Setelah dari Merapi, kita melanjutkan perjalanan ke Museum Ullen Sentalu, masih di daerah Kaliurang. Dengan membayar tiket seharga IDR 25K, kita dapat mengetahui lebih dalam mengenai silsilah kerajaan dan putri-putri keraton, baik Keraton Solo ataupun Keraton Yogyakarta. Dengan didampingi seorang guide kita diajak berkeliling melihat foto-foto, hasil kerajinan tangan, seperti batik dan puisi yang ditulis oleh putri keraton. Intinya, museum ini ingin menonjolkan kepintaran dan kecantikan putri-putri keraton. 

Tetengger rumah Mbah Marijan

Salah satu patung di Ullen Sentalu

Sore harinya, kita mengunjungi Candi Sewu dan Prambanan. Kedua candi ini berada di kompleks yang sama. Tidak terlalu ramai seperti di Borobudur kemarin, saya bisa leluasa mengambil gambar disini. Hehehe… Sekitar jam setengah lima sore, kita cabut ke Ratu Boko, ini bukan candi, tapi sejenis istana yang didirikan jauh di atas bukit. Dari atas sini, kita bisa memandang Candi Prambanan di kejauhan. Saran saya, pergilah ke sini ketika sunset, jika langit cerah, Anda akan menemukan pemandangan alam yang luar biasa indah. Sayang sekali, waktu saya tidak tepat. Di ujung barat, tampak langit tebal yang menghalangi matahari.



Candi Sewu


Candi Prambanan

Ratu Boko

Malam hari, mengingat ini malam terakhir kami di Jogja, saya tidak ingin melewatkannya begitu saja. Setelah menghabiskan satu piring Bakmi Jowo dan mencoba wedang ronde asli khas Jogja, kami sempat ke kawasan Sosrowijayan, yang terkenal sebagai lokasi penginapan murah layaknya Poppies Lane di Kuta sana. Sempat nongkrong di salah satu café yang isinya bule-bule semua dan memesan sebotol bir ukuran besar dan seporsi bruschetta. Setelah itu, iseng-iseng saya dan Aaron diajak Hoho menyusuri Sarkem alias Pasar Kembang, yang kebetulan tidak jauh dari Sosrowijayan. Bagi yang belum tahu, Pasar Kembang jangan diartikan sesuai namanya. Itu bukanlah pasar yang menjual bunga, tapi merupakan nama jalan, dan disini merupakan kawasan merah, lokalisasi lah nama kerennya hahaha… Begitu masuk gang, kami langsung ditawari oleh salah satu mami dengan berbisik, walau kami tetap berjalan terus “Di dalam banyak yang muda-muda mas…”. Lagu dangdut koplo terdengar bergantian, kami terus jalan. Di akhir gang, Hoho dan saya kaget. Kenapa?! Karena tangan kami langsung ditarik oleh salah seorang “kembang” di gang itu… hahaha… Sebuah pengalaman jalan-jalan yang lain menurut saya. Keluar dari daerah panas, kami sempat foto-foto di Tugu Jogja dan dilanjutkan dengan nongkrong di angkringan yang menawarkan kopi aneh, bernama kopi jos. Saya gak tahu lokasi pastinya dimana, yang saya ingat adalah di jalanan itu terdapat beberapa penjual dengan pengunjung yang ruame banget di sepanjang trotoar. Kondisinya hampir mirip dengan Wedang Cor Perhutani, tapi dengan massa yang lebih banyak dan di pinggir jalan. Kenapa kok saya bilang aneh?! Gimana gak aneh, di dalam kopinya dimasukkan arang yang membara, dicemplungkan begitu saja. Tapi anehnya, gak ada rasa sepat seperti perkiraan saya sebelumnya. Rasa kopinya seperti rasa kopi biasa. Tidak ada yang aneh. Saya tidak tahu apa manfaat dari arang yang membara itu, apakah hanya sebagai aksesoris atau memang ada efek khususnya. 

Penampilan Kopi Jos

Minggu, 04 September 2011
Yaaa, gak kerasa saya sudah empat hari tinggal di Jogja ini. Waktu yang sangat singkat untuk menikmati kekayaan budaya yang ada. Berat rasanya melangkahkan kaki untuk mandi. Huft, saya ingin tinggal lebih lama lagi di kota yang tenang dan masyarakatnya ramah ini. Jam setengah tujuh kita berangkat ke Stasiun Lempuyangan berharap mendapatkan tiket Logawa jurusan Jember. Si  mbak penjual tiket, pas kita datang, bilang kalau Logawa hanya bisa dibeli pada hari H, satu jam sebelum pemberangkatan. Karena jadwal keberangkatan jam 09.15, pagi-pagi lah kita ke stasiun. Ketika parkir motor, terlihat antrian yang mengular panjang sekali, membuat hati saya gak tenang. Dengan mempercepat langkah, saya menuju loket dan bertanya. Daaaaannnn, jawaban yang saya dapat adalah “Maaf, tiket untuk Logawa sudah habis terjual….”. DAMN!! Ini yang salah saya karena kurang pagi ataukah informasi dari mbak penjual tiket??! Padahal ini masih 2 jam sebelum jadwal pemberangkatan!! Langsunglah, tanpa dikomando, saya diantar Hoho ke terminal dan dengan terpaksa pulang ke Jember dengan menggunakan jasa Bis Mira jurusan Surabaya dan oper menggunakan Patas ke Jember. Karena saya ingin merasakan tidur yang layak sepanjang perjalanan pulang, mengingat besok pagi harus kembali bekerja.

By the way, terima kasih atas kesediaan mas Hoho untuk menampung saya dan Aaron, menemani keliling Jogja, mengajak ke tempat-tempat seru dan kebaikan-kebaikan lainnya. Semoga di lain waktu, kita bisa ketemu dan jalan-jalan bareng lagi. Saya sangat menyukai Yogyakarta, kota dengan seribu budaya dan kesederhanaan yang mampu membuat saya kangen dan ingin mengunjunginya lagi di lain kesempatan. Jogja “Never Ending Asia.

Terakhir, inilah total biaya perjalanan saya selama 4 hari 3 malam :
1. Tiket Logawa Jember-Lempuyangan IDR 30.500
2. Sewa penginapan GRATIS (kan make jaringan CouchSurfing ;p)
3. Sewa motor (dihitung 3 hari saja ^_^d) @ IDR 50K / day, total IDR 150K / 2 orang
4. Beli bensin IDR 55K / 2 orang
5. Makan, minum & cemilan IDR 150K
6. Cemeti + Taman Sari gratis (lewat belakang, cuma bayar parkir motor ^_^)
7. Borobudur IDR 30K
8. Tiket nonton ketoprak IDR 15K
9. Merapi IDR 3K
10. Ullen Sentalu IDR 25K
11. Prambanan IDR 10K / 4 orang (lewat belakang lagi dan hanya sedikit orang yang tahu ^_^, kalau tiket resmi IDR 27K)
12. Ratu Boko IDR 15K
13. Parkir IDR 15K
14. Bis ekonomi AC Jogja - Surabaya IDR 45K
15. Bis patas Surabaya - Jember IDR 46K
16. Lin dari Tawang Alun IDR 5K

Total setelah saya hitung, trip kali ini menghabiskan budget sekitar IDR 485K, mungkin sedikit mahal karena kita juga ingin berwisata kuliner, mencicipi kuliner yang disajikan di lesehan pinggir jalan, cafe sampai ke restoran di kawasan keraton. Daaannn, ada kejutan pas pulang yang membuat kita terpaksa naik bus yang membuat budget membengkak.

8 komentar:

  1. yeee,,,yang lagi keliling jogyakarta,,tapi kalau melihat biaya diatas terhitung murah lo mas...soalnya kan 4 hari 3 malam..itu belum biaya penginapan hehehe karena gratis,,

    BalasHapus
  2. Seru dah... gue 3x ke Yogya blom kesampaian mampir ke prambanan, terakhir pas natal tahun lalu, uda di depan parkiran dan uda markir motor, eh liat jam harus buru2 ngejar kereta ke solo.... jadi langsung cabut lagi haha

    BalasHapus
  3. @Sofyan : iya mas, bersyukur saya joint di komunitas CS, bisa dapet tempat menginap gratis, bisa lebih mengetahui budaya lokal dan tahu tempat2 non tujuan paket wisata :D

    BalasHapus
  4. @Alid : Apa??! sudah di parkiran, malah balik?! Kalo gw sudah gak bisa tidur, at least untuk 2 hari ke depan! hahaha....

    BalasHapus
  5. kereenn Jooonnnn....Salute wess...nggarai ngiler sing bacaa...mak pinter ngarang km lak ngenee...

    BalasHapus
  6. hahaha... belajar nulis mar, bosen belajar akuntansi mulu... ;p

    BalasHapus
  7. halo, boleh taukah, yang sewa motor di yogya tanpa uang jaminan itu dimana alamatnya mas?

    BalasHapus
  8. hemmm... Itu motor temennya host saya, lagi butuh duit pas itu. Ntar saya cari info, terus saya posting. Anyway, mau buat tanggal berapa?

    BalasHapus