Rabu, 21 September 2011

TOURING KE PULAU GARAM

Touring?! Merupakan hal yang baru bagi saya, menantang sekaligus membuat penasaran untuk mencobanya. Ketika salah satu temen kantor ngajak mudik ke kampung halamannya di Sumenep, Madura sana, saya langsung mantap mengatakan, “AYO! Kapan berangkat?!” hahaha… Coba-coba pengalaman baru lah mumpung masih muda, bener gak?! Plus pengen tau ada apa sih di Madura sana, yang katanya sepi dan gersang, apa ada yang bisa dilihat?! Gilak, sekalinya touring, langsung ke kota paling Timur Pulau Madura!! Anggaplah saya mengunjungi pulau Madura secara keseluruhan, karena harus melewati Bangkalan, Sampang, Pamekasan baru Sumenep. Hahay!

Jumat, 09 September 2011, saya bersama dua orang travelmates, Aaron dan Hari berangkat dari Jember jam 19.30 WIB. Hari mengendarai Mio, Aaron dengan Mio Soul nya dan saya bonceng! Hahaha… Gak masalah kan?! Toh nantinya saya gantian nyupir…! Widih, naik motor malem2, antar kota, baru kali pertama ini saya lakukan. Bus, truk dan tronton menjadi teman perjalanan yang “menyenangkan”. Dengan memacu motor di atas 60 km/h sampai nyaris 100 km/h menjadi sesuatu yang menggairahkan! Sueruuuu….! Hahaha… Di salah satu pom bensin Probolinggo, saya ganti menjadi joki Mio Soul si Aaron. Uhuy! Saya bisa merasakan juga njliut-njliut menyalip tronton-tronton puanjang, memacu adrenalin dengan ngegas poll dan berkejar-kejaran dengan mobil pribadi. Jarak Jember-Surabaya bisa kita tempuh dengan waktu kurang lebih 3,5 jam. 

Di Surabaya, saya sudah janjian dengan salah satu teman saya, Andi, untuk mencicipi ceker maknyus yang direkomendasikannya kepada saya. Setelah mengisi perut, kurang lebih 00.30 WIB, kita langsung melanjutkan perjalanan ke kota tujuan. Dingin dan sepi. Tenaga saya sebenernya sudah loyo, pantat panas dan kantuk mulai menyerang, tapi saya masih semangat untuk meneruskan perjalanan yang panjang ini. Sepanjang perjalanan, di hadapan saya bagaikan terhampar kasur yang empuk. Iri rasanya melihat penumpang bis yang berkali-kali kami salip, mereka bisa tidur pulas di dalam sana, sementara saya dan dua kawan saya masih berjibaku melawan segala rasa ini. Capek, ngantuk dan dingin. Huhuhu… Kapankah perjalanan ini berakhir?! Kita sempat dua kali istirahat, pertama merebahkan badan di bangku salah satu warung di kota Sampang dan yang kedua memejamkan mata sekitar satu jam di sebuah masjid di daerah Pamekasan. Sekitar jam 06.30 akhirnya kita SAMPAI di Sumenep, di rumah temen saya! Pfiuh… Butuh sekitar 8 jam an bekendara dari Jember ke Sumenep (sudah dipotong waktu istirahat)!! Setelah menyapa tuan rumah, tanpa dikomando saya dan Aaron langsung masuk ke kamar yang sudah disediakan dan langsung molorrrr…..!!!! Gak terasa, saya terbangun sekitar jam setengah sebelas siang!! HAH?! Rasa-rasanya cuma merem sebentar.

Ngemper
Sunrise At Pamekasan
Sunrise At Sumenep


Setelah mandi, ngemil dan sarapan rujak campur, kita langsung keluar rumah untuk sight seeing seputaran Sumenep, melihat “Ada apa saja sih di Sumenep ini?!”. Ditemani 3 kerabat Hari, kita bermobil ke Kraton Sumenep, tujuan pertama kita. Sebelum “menjelajah” kraton, saya diajak untuk mengunjungi museum Sumenep. Coba Anda tebak berapa harga tiket masuknya? Cuma IDR 1K/orang! Gile! Murah amat? Masuk ke dalam, ow, pantesan… Di dalamnya banyak disimpan peninggalan Kraton Sumenep, seperti Al-Quran kuno raksasa yang ditulis tangan, kereta kencana, beberapa arca, tembikar dan lain-lain. Gak terlalu banyak. Kesan saya sih, museum ini kurang mendapat perhatian, ruangan yang disediakan terkesan seadanya, agak kusam dan tanpa adanya pembatas antara barang koleksi dengan pengunjung. Bahkan di dekat peninggalan barang pecah belah seperti guci sekalipun! Wah bisa berabe nih kalau sampai nyenggol! Apa gara-gara tiket yang terlalu murah, sehingga tidak cukup untuk menambah prasarana yah?! Sayang sekali, seharusnya museum ini bisa dikelola lebih menarik lagi agar wisatawan yang berkunjung ke Sumenep khususnya bisa menemukan tempat yang layak untuk dikunjungi…

Rujak Campur
Al-Quran Raksasa
Kereta Melor

Setelah itu, kita lanjut mengunjungi Kraton Sumenep yang ada di seberang museum. Gak perlu bayar untuk masuk kesini. Begitu masuk, masih tampak sisa-sisa kejayaan kraton ini. Tiang-tiang penyangga aula dihiasi oleh ukiran cantik, lampu-lampu hias kuno masih tetap tergantung, bekas meriam dan berbagai macam peninggalan lain tetap bisa kita temui disini. Di area kraton ini juga terdapat Taman Sari. Tempat pemandian yang biasa digunakan oleh anggota kerajaan. Tapi, jangan bayangkan seperti Taman Sari di Jogja sana ya, Taman Sari disini berbeda agak jauh! Hahaha… Kondisinya sama dengan museum, kurang terawat, kini malah jadi kolam ikan, yang airnya pun berwarna keruh… Huft! Cat temboknya juga banyak yang mengelupas. Tampaknya pemerintah setempat kurang perhatian terhadap peninggalan budaya seperti ini. Disini juga tidak ada pengawas, jadi pengunjung dengan bebas keluar masuk area kraton, padahal di dalamnya banyak terdapat peninggalan-peninggalan berharga khas kraton, mulai dari yang berukuran kecil sampai arca besar. Bagaimana kalau ada pengunjung “usil” yang membobol lemari dan mengambil barang yang disimpan di dalamnya?! Nobody knows

Gerbang Masuk

Kraton Sumenep
Aula Pertemuan
Taman Sari
Puas mengelilingi kraton, perjalanan dilanjutkan menuju ke pantai. Uyeee!!! Penasaran sebagus apa pantai di Madura sini. Pantai tujuan kita pertama adalah Pantai Lombang, terletak di Kecamatan Batang-Batang. Lumayan jauh untuk menuju ke pantai ini dari pusat kota Sumenep ke arah utara, mungkin sekitar 30 km-an dan ditempuh kurang lebih 1 jam bermobil. Untung saja sepanjang perjalanan saya bisa melihat persawahan, jadi gak terlalu bosan. 

Sampai di lokasi, kebetulan sepi, hanya terlihat beberapa mobil pribadi dan sepeda motor yang terparkir. Tiket masuk? FREE, tanpa penjaga loket. Gak tau kenapa kok bisa sampai gratis, mungkin karena tanah disini masih dalam kasus sengketa. Pantai Lombang ini sangat unik. Biasanya vegetasi di pinggiran pantai kan pohon kelapa, nah disini BEDA. Vegetasi yang tumbuh di sepanjang bibir pantai adalah pohon cemara udang. Mungkin gak banyak pantai yang seperti ini. Pasirnya putih kecoklatan dan berbulir haluuuuussss, sehalus buliran tepung dan lebih halus dari pasir Segara Anakan di Pulau Sempu sana. Saking halusnya, sapuan angin mampu membentuk motif yang indah di permukaan pasir ini. Air lautnya sendiri jernih, tenang dan berombak kecil, cocok digunakan untuk berenang atau sekedar berendam. Di sepanjang pantai juga mudah ditemui penjual es degan dan rujak madura, serta beberapa gazebo tempat berteduh dari sengatan matahari. Garis pantai yang panjang dan lebar bisa dimanfaatkan untuk jalan-jalan dan berjemur layaknya bule-bule, hehehe…. Sayang, fasilitas rekreasi disini masih minim, hanya ada persewaan ban dalam bekas untuk sekedar berenang, tanpa adanya water sports seperti banana boat, alat snoorkeling, jet ski dan sejenisnya. Coba kalau ada fasilitas itu, saya jamin pantai ini menjadi magnet wisatawan yang berkunjung ke Madura dan memajukan perekonomian masayarakat setempat, karena secara umum pantai Lombang ini tidak kalah dengan pantai Kuta yang ada di Bali sana.

Pasirnya lembut
Cemara Udang di Sepanjang Pantai
Bibir Pantainya Lebarrrr...

Puas menjelajah dan bermain air di Lombang, kita berencana ke Pantai Slopeng, berharap melihat sunset, karena setelah saya googling banyak yang mengatakan kalau Pantai Slopeng ini sangat pas untuk melihat sunset. Jam 16.00 WIB mobil kami menderu. Ternyata jarak antara Pantai Lombang dan Slopeng ini jaaauuuuuhhhh…. Tampaknya, kita sampai Slopeng setelah matahari benar-benar tenggelam. Selama perjalanan, mata saya dimanjakan oleh cantiknya langit sore Sumenep. Gradasi warna biru sampai ke jingga benar-benar istimewa! Baru kali ini saya melihat langit senja yang setara dengan langit-langit di lukisan, lebih dahsyat daripada langit sore yang pernah saya lihat di Pantai Lovina, medio 2009 lalu. Widih, benar-benar lukisan alam yang begitu mempesona! Berkali-kali saya mengabadikannya dengan kamera pocket, walau dalam keadaan mobil berjalan, berharap kita tiba di Slopeng sebelum matahari tenggelam. Karena jalanan yang kami lalui berbatu, rusak dan sempit, makadam lah istilahnya, ditambah sempat ada kejadian salah jalur, akhirnya kami sampai di TKP ketika langit gelap, sekitar pukul 17.45 WIB. Yaahh, saya tidak bisa melihat wujud Slopeng yang nyata, karena kurangnya penerangan, benar-benar gelap. 


Senja di Perjalanan Menuju Slopeng

Keesokan harinya, Minggu 11 September 2011, kita pulang ke Jember. Di Pamekasan, sempat mampir ke Api Yang Tak Kunjung Padam, sebuah objek wisata yang mengeksplor beberapa titik api yang muncul dari tanah dan tidak pernah padam, api abadi istilah kerennya. Cukup membayar sekitar IDR 1K, kita bisa melihat fenomena alam ini. Murah-murah yak tiket masuk objek wisata di Madura ini…?! :D Disini ada dua spot api abadi, tapi yang dijadikan tujuan dan dikelola layaknya tempat wisata hanya satu, yang terbesar. Disini bisa dijumpai banyak pedagang souvenir khas Madura, mulai makanan sampai kerajinan tangan. Masayarakat sekitar memanfaatkan api abadi ini untuk memasak, entah itu untuk keperluan rumah tangga mereka ataupun untuk merebus jagung yang nantinya akan dijual kembali. Gak lama saya berada di tempat ini, hanya berfoto dan melihat dari dekat, kemudian langsung melanjutkan perjalanan pulang, panasss soalanya! Ngeliat api di jam 12.30 WIB! Hahaha...

Api Wedhok (sebutan masyarakat setempat)
Api Lanang (juga sebutan masyarakat setempat)

Sesampainya di Bangkalan, sempat mampir di Bebek Sinjay yang terkenal untuk makan siang dan setelahnya langsung jos ke Jember.

Touring ke Madura ini benar-benar menguras tenaga, ada sedikit rasa kapok, mending naik angkutan umum daripada harus mengendarai motor sendiri, hahaha… Dan, kesan saya terhadap Madura, panas dan berdebu! Tapi, janganlah memandang sebelah mata terhadap pulau ini, di dalamnya ternyata ada objek wisata yang begitu indah dan lain daripada yang lain...

Saya bersama dua orang travelmates, Hari dan Aaron

6 komentar:

  1. wuih...perjalanan yang seru banget,,,Jember - Surabaya 3.5 Jam ??? wuih mlaku piro jek hehehe...

    Salam kenal...

    BalasHapus
  2. Jiaaaaaaaaaan tenannn mangan ceker gak ngajak-ngajak... hebat-hebat kuat naik motor dari jember mpe madura,,,, gue juga loh kemarin dari jombang ke blitar hahahaha... rasane bokong panas pooolll...

    btw ndree, sekedar usul klo posting mbok ya jangan hajar sekali posting,,,, kan jadi panjang, pembaca juga jd bosen klo tulisannya panjaaaannggg.... bisa dibagi ampe 3 kali posting lohh :D

    BalasHapus
  3. @mas Sofyan : hahaha... malam jalan bisa sampe 90 km/h, nyaris 100 km/h dalam keadaan lenggang, pengen nyampe TKP secepatnya untuk merebahkan badan mas...! hahah...

    Salam kenal,
    Andre

    BalasHapus
  4. @alid : jam setengah 12 bengi mangane lid!! Hahaha, nanti kalo ada tempat yang layak jadi cerita tersendiri pasti gw pisah, kayak Bale Raos itu. Thank's anyway buat masukannya...

    Cheers

    BalasHapus