Nge-blog itu menarik dan bikin addict kawan!! Suwer... Selama lebih
kurang dua tahun punya blog pribadi, semakin kesini saya semakin terjerumus ke
dalam dunia blogging, hahaha... Saya
merasa beruntung karena pada awalnya sudah menentukan tentang tulisan bertema
apa yang akan saya posting di blog.
Bukan curhatan manja ala anak-anak alay (yang jadi tren di sekitaran saya waktu
itu), melainkan lebih memilih tulisan mengenai jalan-jalan. Umum memang, tapi
itulah kegemaran saya. Selain itu, dengan adanya tema di awal, lebih memudahkan
saya membuat tulisan, yah walaupun kadang-kadang masih ada satu, dua, tiga
dan... entah berapa tulisan mengenai omong gondrong yang kurang bermutu,
hehehe...
Berhubung saya adalah seorang
pegawai kantoran yang bekerja setiap Senin sampai Jumat, jam 8 pagi sampai jam
5 sore, tentunya “kurang” memiliki waktu untuk jalan-jalan. Kalaupun bisa,
mungkin hanya lokasi wisata di sekitaran Jember doank, jiaaahhh... Blog
jalan-jalan kok tujuannya cuma itu-itu aja! Nah, berawal dari “kegalauan”
itulah saya menambahkan tema kuliner di “rumah” maya ini, toh menurut saya
berkunjung ke suatu tempat kurang afdol rasanya jika tidak mencicipi kuliner
yang menjadi ciri khas daerah setempat, betul?! #alaKiwil. Selain itu,
membicarakan makanan juga gak bakal ada habisnya, banyak kuliner lezat diluaran
sana jaaauuuuh melebihi jumlah tujuan wisata. Suatu ide briliant yang saya temukan untuk tetap “mengeksiskan” jumlah postingan
di blog ini, hehehe...
Untuk memperbaiki kualitas sebuah
tulisan, saya rela-relanya membeli buku tentang “travel writer” a.k.a penulis perjalanan. Buku yang saya beli
berjudul “TE-WE”, means Travel Writer.
Yup, sesuai dengan judulnya, buku sip karangan Gol A Gong (seorang penulis
perjalanan kawakan) ini berisi tentang bagaimana menjadi seorang travel writer handal, yang pada akhirnya
mampu menjual tulisan perjalanannya. Di dalamnya dimuat mengenai apa itu travel writer, bagaimana memulainya,
berbagai jenis tulisan perjalanan, apa yang boleh ditulis dan yang dilarang
sampai bagaimana memasarkan hasil tulisan kita ke majalah atau sejenisnya. Dengan
gaya menulis yang sederhana, membuat saya mampu menghabiskan seluruh halaman
(103) hanya dalam waktu semalam. Uwooo, bisa dimasukkan ke dalam track record pribadi neh, mengingat saya
bukanlah tipe orang yang gemar menghabiskan waktu duduk manis sambil
mebolak-balik halaman sebuah buku. Suatu hobi (atau profesi?) yang unik menurut
saya. Jalan-jalan sambil menulis dan mampu menghasilkan pundi-pundi Rupiah
setelahnya. Wew, bener-bener bikin ngiler yak?! Hehehe...
Gak hanya itu, baru-baru ini saya
juga mengikuti sebuah workshop yang
digelar oleh Hifatlobrain(dot)net. Lagi-lagi berhubungan dengan travel writer! Dengan pembicara
Yudasmoro, seorang freelance travel
writer yang menjadi kontributor majalah Jalan-jalan dan Garuda Inflight
Magazine. Acara ini suwerrruu...!! Gak rugi saya meluangkan waktu seharian
penuh untuk mendapatkan “sesuatuk” dari dia. Gak hanya materi seputaran travel writer saja yang saya dapat, namun
juga diajak untuk terjun langsung ke lapangan demi mendapatkan suatu tulisan. Yak,
hampir menjelang tengah hari, peserta dibagi per kelompok dan diumbar ke
beberapa titik menarik kota Surabaya. Terserah mau naik apa meunju lokasi,
motor, mobil, angkot ataukah berjalan kaki. Semua dilakukan untuk mencari bahan
tulisan dan foto, serta membuat ulasan setelahnya. Suatu cara menarik yang juga
dapat memperkenalkan wisata kota Surabaya menurut saya. Panas terik, keringat
bercucuran, kemudian disusul dengan hujan badai yang menumbangkan banyak pohon
renta di kota pahlawan saya rasakan. Semuanya hanya untuk mendapatkan tulisan
perjalanan yang menarik. Selesai?!
Belum. Setelah menulisnya, hasil tulisan dan foto kita akan direview oleh mas
Yudas. Wew, cuma bermodal IDR 15K saya bisa mendapatkan materi dan pengalaman
yang oke, serta beberapa kenalan yang sudah malang melintang di dunia travel writing ini.
Saya juga bingung, kok bisa begitu
antusias di dunia menulis perjalanan ini. Mungkin kadarnya semakin tinggi
setelah saya memenangkan hadiah fresh
money dari Adira Faces of Indonesia. Ada rasa bangga ketika tulisan kita
menjadi “berharga”. Beneran lhoh... Terus apa target saya ke depannya? Yah, gak
muluk-muluk menjadi seorang travel writer
sih, tapi paling tidak tulisan yang saya
posting di blog ini tidak memalukan dan semakin baik dari hari ke hari. Sukur-sukur
suatu saat ada tulisan saya yang berhasil menembus ketatnya screening dari seorang editor majalah...
Berawal dari blogging, dilirik editor
majalah, jadi kontributor kemudian mampu menghasilkan tambahan pemasukan, who knows?! Betul...betul...betul...?!
#alaUpinIpin.
Nah, bagi kalian yang mempunyai passion yang sama, tunggu apa lagi.
Segera bikin blog, kemudian mulailah menuliskan kisah perjalananmu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar