Foto dan Ide Cerita : Aaron Setiawan
Kembali ke Madura. Ya, sepertinya touring ke pulau garam di minggu kedua bulan September kemarin
belum cukup bagi saya untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di pulau itu. So,
ketika ada tawaran untuk mengunjunginya lagi, saya langsung berkata, “Oke, I’m in…!”. Tujuan awal saya kali
ini adalah berkunjung ke kampung pasir, pantai Slopeng dan bukit kapur, karena
saat kunjungan pertama belum sempat kesana. Kebetulan, hari dimana saya akan
berada di Madura, tanggal 08-09 Oktober 2011 ini bertepatan dengan lomba
karapan sapi. Yey!! Bonus tambahan neh, hehehe…
Perjalanan kali ini, saya tidak lagi menggunakan sepeda
motor seperti pengalaman pertama, CAPEK soalnya! Hahaha… Kali ini saya
menggunakan jasa bus dan berangkat seorang diri, kemudian sesampainya disana
akan dijemput Hari, temen kantor yang sudah lebih dulu sampai di Sumenep. Berangkat dari Terminal Tawang Alun Jember,
tanggal 07 Oktober 2011, jam 19.32 WIB, Bus Akas Asri yang saya tumpangi melaju
ke Sumenep. Dengan harga tiket IDR 60K, saya bisa menikmati perjalanan tanpa
bersusah payah melawan dingin dan kantuk yang kadang menghinggapi saat bersepeda.
Hemm, kali ini saya hanya duduk santai dan tinggal merem kalo kantuk datang,
hehehe… Butuh sekitar sembilan jam perjalanan untuk sampai ke Sumenep. Tepat
jam 04.50 WIB saya menginjakkan kaki di Terminal Arya Wiraraja. Hadaaah, disaat
mau menghubungi Hari, baterai bebe saya habis. Terpaksa dengan wajah memelas,
minta ijin numpang nge-charge di pos
satpam terminal, hehehe… Setelah, cukup terisi, saya langsung menghubungi Hari,
pengen cepat-cepat istirahat di rumahnya di Kecamatan Lenteng sana, sekedar
merebahkan diri dan meluruskan otot yang tertekuk selama sembilan jam! Hahaha…
Jam 09.15 WIB, setelah tidur dan mandi, saya membeli
sarapan. Lagi-lagi rujak campur yang menjadi pilihan saya, hanya dengan IDR
2.500 saya sudah mendapatkan sepiring rujak campur dan segelas air mineral.
Murah kan ya??! Jam 11.00 WIB, tanpa membuang waktu, saya, Hari dan seorang
temannya, Arif berangkat ke Pantai Slopeng dengan mengendarai motor. Jam 11.45
WIB, kami sampai di Pantai Slopeng yang berada di Kecamatan Dasuk, Sumenep. Pantai
ini ternyata lebih ramai daripada Pantai Lombang yang pernah saya datangi
sebelumnya. Disini sudah ada beberapa fasilitas, seperti arena bermain anak,
gazebo dan persewaan kuda. Pasir di pantai ini tidak kalah halus dengan pasir
Lombang. Yang membedakannya dengan Lombang mungkin, disini ada perkampungan
nelayan. Tetapi, walaupun lebih “lengkap”, menurut saya Lombang tetap lebih
indah, dengan pasir putihnya yang begitu lembut dan vegetasi yang lebih unik
daripada pantai ini. Puas berkeliling, kami mencoba menikmati kuliner yang bisa
ditemui disini. Kami membeli rujak khas Slopeng dan es degan. Sekitar IDR 8K,
lumayan murahlah untuk harga makanan di kawasan wisata seperti ini. Oya, tidak
lupa saya memasukkan pasir ke dalam botol bekas untuk oleh-oleh si Andre,
karena tidak bisa ikut di perjalanan kali ini, hahaha…
Jam 13.30 WIB, kami meninggalkan Pantai Slopeng dan melanjutkan
perjalanan ke tambang batu kapur yang berada di Kecamatan Batuputih, Sumenep.
Butuh waktu 45 menit untuk sampai ke lokasi ini dari Slopeng. Ternyata, saya
baru tahu kalau batu bata putih yang digunakan untuk membangun rumah di daerah
Madura berasal dari kawasan ini. Disini terdapat beberapa area penambangan dan
ketika saya sampai, sudah ada beberapa truk yang sudah siap mengangkut batu
bata ini. Berkunjung kesini juga memberikan saya pengetahuan baru. Kenapa?!
Karena saya bisa melihat proses pembuatan batu bata putih ini. Pada awalnya,
batu kapur diratakan dengan gergaji mesin. Setelah rata, kemudian digergaji
lagi sedalam 10 cm sehingga membentu persegi panjang. Setelah itu, para
penambang mencangkul cetakan tersebut sehingga batu bata tersebut siap
didistribusikan. Pemandangan disini?! Uwwooooww, luar biasa!! Saya serasa
berada di GWK Bali sana, bukit kapur sisa penambangan disini menyuguhkan background foto yang ciamik!! Hahaha… FYI,
ternyata penambangan disini sudah berusia ratusan tahun, sehingga membentuk
bukit-bukit kapur yang “persis” seperti GWK Bali. Semoga pemerintah setempat
bisa mengelola tempat ini dengan bijak yak, agar generasi mendatang masih bisa
melihat keindahan bukit kapur ini, cieee…
Puas di bukit kapur, jam 14.45 WIB kami berangkat ke daerah Pantai
Lombang untuk mencari kawasan kampung pasir. Jarak tempat ini 39 Km dari Pantai
Slopeng, cukup jauh memang. Jam 16.00 WIB kami sampai juga di kampung pasir
Dusun Jabau, Kecamatan Batang-batang. Setelah sempat kesasar beberapa kali,
hahaha… Tidak mudah untuk dapat masuk di kawasan kampung pasir ini, entah
kenapa masyarakat sekitar seolah-olah menutup diri. Gak kehilangan akal, kita
mengaku sebagai mahasiswa dari Jember yang ingin belajar budaya di tempat itu,
ahay! Sebenarnya ini adalah kampung nelayan. Pada awalnya saya sedikit kecewa
melihat kampung pasir tersebut karena tidak sesuai dengan apa yang saya
bayangkan sebelumnya, rumah-rumah di kawasan ini sudah modern dan beralaskan
keramik. Setelah mendapat akses masuk, kami diantar ke rumah kepala desa yang
bernama Haji Ansari. Setelah bertanya-tanya dengan beliau, ternyata penduduk di
sana kadang tidur di halaman pasir mereka. Saya melihat sendiri beberapa
keluarga sedang asyik bersenda gurau di halaman pasir. Sangat unik dan baru
kali ini saya melihat ada budaya seperti itu. Akhirnya Pak Haji menunjukkan
kamar tidur mereka yang beralaskan pasir. Waaaaaaahhhhhhhhhhh, unyu banget! Wkwkwk….
Saya langsung melompat dan mencoba tidur-tiduran di alas pasir tersebut. Mereka
biasanya tidur di atas pasir ketika udara di rumah panas. Wah seru juga
ternyata. Setelah mini tour di dalam
rumahnya, Pak Haji mengajak kita ke pantai di dekat rumahnya. Di sana banyak
orang duduk di pasir pantai, tampak anak-anak dengan riangnya bermain
sepakbola, mendayung perahu dan beberapa bermain layang-layang. Kebetulan
ketika saya ke pantai bersamaan dengan para nelayan yang sedang berangkat
melaut. Sebenarnya kita disarankan untuk menginap di sana menunggu pagi hari
saat nelayan kembali ke pantai membawa hasil tangkapan mereka. Namun kita tidak
bisa menginap karena masih ada daftar kunjungan lainnya. Mungkin lain kali ya
Pak Haji… :)
Kolam pasir di dalam rumah |
Di hari terakhir, 09 Oktober 2011, jam 11.30 WIB, saya dan Hari
berangkat ke Alun-alun Sumenep untuk melihat lomba karapan sapi. Jam 12.00 WIB
sampai di lokasi dan langsung membayar tiket IDR 5K untuk masuk ke arena
pertandingan. Saya sempatkan berkeliling sebentar untuk melihat persiapan
peserta lomba. Ternyata, sebelum berlomba, sapi-sapi tersebut disiram air jamu
dan didoakan terlebih dahulu oleh dukun, kemudian sapi tersebut diantar jalan
memutar sejauh 5 meter dari garis start. Sebagai warming up mungkin, hehehe… Begitulah garis besar ritual
menyiapkan sapi sebelum lomba dimulai. Widiiihhh, harus siap-siap stamina untuk
melihat lomba karapan sapi ini, debu dan terik matahari menghadang setiap
peserta dan penonton, huft… Jam 13.30 WIB, kami memutuskan pulang walaupun
perlombaan belum selesai, gak kuat dengan panaaassnya arena, hahaha…
eh buset lo dua kali ke madura yoo???
BalasHapusgue sekali aja kapok kepanasan hahaha...
gak ampe ke sumenep sih, cuma di pamekasan aja dulu liat karapan
hemm... Pasti cuma baca sekilas! Ini cerita dan poto=poto dari temen gw, anak CS juga, Aaron...
BalasHapusKeren mas
BalasHapusmas keren2 ih , aku iri pengen kesemua tempat yang ada di atas ini huhu
BalasHapus@Wahyu Eko : terima kasih... :)
BalasHapus@Elfira : hehe... Pantai Lombang dan Bukit Kapur sepertinya WAJIB dikunjungi kalo ke Madura lagi... :)