Saya percaya setiap perjalanan mempunyai kisahnya sendiri. Begitu juga dengan perjalanan saya ke Bromo kali ini. Meskipun sudah berkali-kali mengunjunginya, tetap ada suatu keseruan dan cerita yang bisa saya ceritakan kembali ke beberapa kerabat dan kamu, sebagai pengunjung rumah saya di dunia maya ini....
Perjalanan ini merupakan perjalanan dadakan (lagi). Weekend kali ini rencana saya sebenarnya hanya mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitaran Batu, Malang. Saya dan beberapa teman mengunjungi Batu karena kami mendapatkan tumpangan villa gratis di daerah Songgoriti, hehehe... Lumayanlah, untuk menjernihkan pikiran dari ruwetnya pekerjaan walau hanya menginap satu malam. Nah, kebetulan salah satu temen saya ada yang belum pernah ke kawah Gunung Bromo. Maka dari itu, kita bikin trip dadakan mengunjungi Gunung Bromo juga.
Perjalanan ini merupakan perjalanan dadakan (lagi). Weekend kali ini rencana saya sebenarnya hanya mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitaran Batu, Malang. Saya dan beberapa teman mengunjungi Batu karena kami mendapatkan tumpangan villa gratis di daerah Songgoriti, hehehe... Lumayanlah, untuk menjernihkan pikiran dari ruwetnya pekerjaan walau hanya menginap satu malam. Nah, kebetulan salah satu temen saya ada yang belum pernah ke kawah Gunung Bromo. Maka dari itu, kita bikin trip dadakan mengunjungi Gunung Bromo juga.
Perjalanan dimulai pukul 23.30 WIB, hari Jumat tanggal 02 Desember 2011. Berharap kita sampai Bromo tidak kesiangan, demi mendapatkan background sunrise di foto-foto kita, hehehe... Perjalanan kali ini lancar tanpa hambatan. Memasuki daerah Sukapura, saya tidak bisa melihat pemandangan yang ditawarkan, karena selain kaca mobil yang gelap, saat itu juga ada pemadaman listrik di daerah sana. Okelah, saya hanya bisa memejamkan mata untuk mengurangi jatah tidur yang terbuang, hehehe...
Pukul 02.30 WIB, kita sampai di parkiran atas kawasan Bromo. Udara pagi begitu menusuk tulang. Jaket kain dan celana jeans saya belum cukup untuk menangkis hawa dingin yang ada. Wuuushh, sontak badan "sedikit" menggigil dan uap air keluar di setiap hembusan nafas. Seru sih, seperti adegan di film-film kungfu, hahaha... Malam itu (saya menyebut malam karena matahari belum menampakkan dirinya), pengunjung tidak begitu banyak. Saya hanya melihat beberapa mobil dan sepeda motor yang terparkir.
Pukul 02.30 WIB, kita sampai di parkiran atas kawasan Bromo. Udara pagi begitu menusuk tulang. Jaket kain dan celana jeans saya belum cukup untuk menangkis hawa dingin yang ada. Wuuushh, sontak badan "sedikit" menggigil dan uap air keluar di setiap hembusan nafas. Seru sih, seperti adegan di film-film kungfu, hahaha... Malam itu (saya menyebut malam karena matahari belum menampakkan dirinya), pengunjung tidak begitu banyak. Saya hanya melihat beberapa mobil dan sepeda motor yang terparkir.
Langsung saja, setelah ke toilet dan "stretching", kita melanjutkan perjalanan ke kawah Bromo. Tidak menggunakan hardtop memang, hanya mengandalkan kekuatan kaki, hehehe... Di perjalanan, suasana begitu sunyi karena tidak ada rombongan lain yang sama-sama menuju ke kawah Bromo. Hanya malam yang gelap dan hembusan angin gunung yang menemani perjalanan kita. Satu senjata yang lupa tidak kita bawa adalah senter. Ya, kita hanya mengandalkan feeling dan sensor alami di kaki untuk memilih setiap jengkal tanah yang akan kita pijak. Namun begitu, tanpa adanya sinar, membuat kita dapat memandang langit yang penuh dengan bintang. Sungguh indah langit malam itu. Saya juga beberapa kali melihat bintang jatuh, yang baru kali pertama ini saya lihat, bener-bener indah kawan.
Sempat berjalan memutar, akhirnya kita sampai di kaki Gunung Bromo. Perjalanan yang lumayan menguras tenaga, hahaha... Untung saja, setibanya di sana, kita mendapat teman seperjalanan yang hafal dengan medan yang ada, seorang penjual bunga edelweis dan seorang tukang kuda. Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi, mendaki Bromo tanpa adanya alat penerangan sedikitpun. Hmm, perjuangan demi melihat sunrise masih berlanjut. Jalan yang semakin tidak rata dan menanjak serta hembusan angin yang kering membuat jantung bekerja lebih keras. Belum lagi harus menaiki ratusan anak tangga, bener-bener "menyiksa" jiwa raga. Saya juga heran, kenapa dua tahun lalu saya sanggup dua kali menuju puncak Gunung Bromo dalam dua hari. Apa mungkin stamina saya sudah menurun sebegitu drastisnya?! Hahaha....
Anyway, setelah berhasil menaklukkan ratusan anak tangga (dengan istirahat berkali-kali) akhirnya saya sampai di kawah Bromo. Pendar warna jingga mulai menyala di sebelah Timur menandakan matahari akan menampakkan dirinya. Sungguh benar-benar mempesona. Walaupun ada sedikit mendung, namun tidak mengurangi keindahan yang disuguhkan alam bagi kita. Cukup lama saya dan keempat teman seperjalanan menghabiskan waktu di pinggiran kawah yang menganga lebar ini. Duduk santai menikmati pesona Bromo sekaligus memulihkan tenaga yang hilang. Perjalanan pulang sudah menanti, melihat tempat tujuan kita di atas sana yang berjarak kurang lebih 3km membuat saya kembali menghela napas, huft…
Namun, meskipun capek di perjalanan, saya akan mengunjungi Bromo lagi di lain waktu. Mencoba naik ke Penanjakan (lagi), mengunjungi Bukit Teletubbies yang belum sempat saya lihat serta berjalan menyusuri perkebunan dan perkampungan masyarakat Tengger...
hemm kemarin tanggal 3 juga gue sempet akan ke bromo (lagi). berhubung dompet sepet gak jadi ikutan deh haha
BalasHapus